Pahlawan Banten:
Brigjen Syamun, Ulama, Jawara dan Tentara
Sosok paripurna. Ikon Banten yang nyaris memiliki segala hal untuk dipuja. Cerdas. Berilmu tinggi. Sejak belia berguru ke Mekah. Pernah belajar di Kairo, Mesir. Punya nasab mulia (Cucu KH Wasyid, tokoh Geger Cilegon). Kharismatik.
Menjadi tentara. Punya keberanian dan kedigayaan. Punya banyak santri dan pengikut. Mendirikan pondok pesantren ternama. Namun “kurang dikenal” bahkan di kalangan publik Banten. Beliau adalah: Brigjen KH Syamun.
Brigardir Jenderal TNI KH. Syam’un, adalah tokoh pejuang kemerdekaan RI, gigih menentang pemerintahan Hindia Belanda di Banten, dan menjadi “penguasa yang sah” wilayah Banten yang pertama, paska 17 Agustus 1945.
Beliau lahir di kampung Beji pada tanggal 15 April 1883. Lokasi kelahirannya masuk dalam wilayah Desa Bojonegara, Kecamatan Cilegon, Kabupaten Serang, Keresidenan Banten.
Nama ibunya adalah Siti Hajar, sedangkan ayahnya bernama Alwiyan. Keluarganya merupakan keturunan kyai asal Banten. Kakek dari jalur keluarga ibunya bernama Wasyid merupakan salah satu tokoh dalam peristiwa Geger Cilegon 1888.
Pada umur 11 Tahun, KH. Syam’un melanjutkan studi ke Mekkah (1905—1910) dan berguru di Masjid Al-Haram tempat ahli-ahli ke-Islaman terbaik di dunia berkumpul membagi ilmu. Pendidikan akademinya dilalui di Al-Azhar University Cairo Mesir.
Pada tahun 1916, Syam’un mendirikan Pondok Pesantren Al-Khairiyah di Citangkil, Desa Warnasari, Kecamatan Grogol, Kabupaten Serang, Keresidenan Banten. Namanya kemudian diubah menjadi Perguruan Islam Al-Khairiyah.
Mulai tahun 1942 hingga tahun 1945, Syam’un bergabung menjadi anggota Pembela Tanah Air (PETA). Organisasi ini merupakan gerakan pemuda bentukan Jepang. Dalam PETA, jabatan KH. Syam’un adalah Dai Dan Tyo yang membawahi seluruh Dai Dan I PETA wilayah Serang.
Selama menjadi Dai Dan Tyo KH. Syam’un sering mengajak anak buahnya untuk memberontak dan mengambil alih kekuasaan Jepang. Keterlibatan KH. Syam’un dalam dunia militer mengantarkannya menjadi pimpinan Brigade I Tirtayasa Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), yang kemudian berganti menjadi TNI Divisi Siliwangi.
Karier KH. Syam’un diketentaraan terbilang gemilang hingga diangkat menjadi Bupati Serang periode 1945—1949. Pada awal Kemerdekaan, KH.Syam’un berhasil meredam gejolak sosial di Banten, peristiwa itu terkenal dengan peristiwa Dewan Rakyat pimpinan ce Mamat.
Pada Tahun 1948 meletus Agresi Militer Belanda II yang mengharuskan KH. Syam’un bergerilya dari Gunung Karang Kab. Pandeglang hingga kampung Kamasan Kecamatan Cinangka Kab. Serang. Daerah ini menjadi tempat tinggal salah satu gurunya KH. Jasim.
Pada tanggal 8 November 2018, Pemerintah Republik Indonesia melalui Presiden Ir. Joko Widodo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Brigjen KH Syam’un, dengan diterbitkannya Keppres No 123/TK/Tahun 2018, tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional. (erb)
Komentar
Tuliskan Komentar Anda